Umu Marfu'ah, Wilda Florent Siregar, Ayu Fitriastuti, Ika Ayu Fitri Wulandari & Irwan Nur Rizqi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Untuk
menganalisis latar belakang terjadinya
peristiwa kekerasan di JL. Ampera.
2. Untuk
menganalisis hubungan peristiwa di jl. Ampera
terkait dengan nilai- nilai Pancasila.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
latar belakang terjadinya peristiwa kekerasan di jl. Ampera
2. Bagaimana
hubungan antara peristiwa kekerasan di jl. Ampera terkait dengan nilai- nilai
Pancasila
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Tinjauan
Pustaka
Konflik adalah sebuah pertikaian atau perselisihan
yang terjadi pada individu atau kelompok masyarakat dengan individu atau
kelompok lainnya karena beberapa alasan. Konflik ada beberapa macam, salah
satunya menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
1. konflik
dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam
keluarga atau profesi (konflik peran/role)
2. konflik
antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
3. konflik
kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa)
4. konflik
antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
Faktor
penyebab konflik antara lain :
a. Perbedaan
individu,
Perbedaan
individu ini meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b.
Perbedaan latar
belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang
sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c.
Perbedaan kepentingan
antara individu atau kelompok.
Manusia
memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal
yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d.
Perubahan-perubahan
nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial.
Sedangkan
konflik dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai berikut :
•
Batasan pekerjaan yang tidak jelas
•
Hambatan komunikasi
•
Tekanan waktu
•
Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
•
Pertikaian antar pribadi
•
Perbedaan status
•
Harapan yang tidak terwujud
Salah satu teori tentang konflik adalah marx
(1818-1883), marx adalah salah satu tokoh yang pemikirannya mewarnai sangat
jelas dalam perkembangan ilmu social. Pemikiran marx berangkat dari filsafat
dialeka hegel. Sebagaimana yang dijelaskan cambell dalam tujuh teori sosial
(1994), bahwa marx menciptakan trasisi materialism historis yang menjelaskan
proses dialektika social masyarakat, penghancuran dan penguasaan secara
bergilir kekuatankekuatan ekonomis dari masyarakat komunis primitive kepada
feodalisme berlanjut kekapitalisme dan terakhir adalah masyarakat komunis.
Berkaitan dengan konflik, marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat
kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendifinisikan kelas secara panjang lebar tetapi
ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat pasa abad ke 19 di eropa dimana ia hidup,
terdiri dari kelas pemilik modal dan kelas pekerja miskin.
2.2. Pembahasan
Ø Latar belakang
Terjadinya
bentrokan dua kubu atas persidangan kasus Blowfish di depan Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan Rabu (29/9/2010). Mereka adalah kubu pendukung terdakwa Bernandus Maela
dan kubu yang berseteru dengannya. Jelas tindakan tersebut memecah persatuan dan kesatuan dalam hidup
bersama. Kasus Blowfish yang terjadi di Ampera pada dasarnya diawali 4
april 2010 dari permasalahan pribadi, yaitu saat seorang pemuda 17
tahun berusaha menerabas masuk klub di Plaza City, Jakarta Selatan yang dipukul
dan dikeroyok oleh petugas keamanan klub.. Saat bodyguard melarang
masuk, ia memaksa dan akhirnya dipukuli oleh petugas satpam yang terlebih
dahulu dipukulinya. Laki-laki itu mengaku anak pejabat, dan janji akan
membalas.
Dari
permasalahan tersebut meluas dan berkembang menjadi konflik yang terjadi antar
suku, yaitu suku ambon dan flores selain itu kemungkinan dari permasalahan
tersebut diakibatkan karena perebutan wilayah kekuasaan oleh kelompok-kelompok
tersebut . Kasus pertikaian tersebut tidak saja terjadi pada awal bermulanya
keributan, tetapi berlajut sampat pada persidangan dan paska dilakukannya
persidangan. 29 september 2010 Pukul
13.00 dilaksanakan persidangan lanjutan kasus Blowfish. Agenda ini
bertepatan juga dengan persidangan perdana mantan Kabareskrim Polri Komjen
Susno Duadji dalam dua perkara suap dan korupsi masing-masing menerima suap
dalam penanganan kasus Arowana dan perkara korupsi dana pengamanan Pilkada Jawa
Barat tahun 2008. Aksi
kerusuhan mulai pecah di antara kedua kubu "Blowfish" di luar area
pengadilan, tepatnya di Jl Ampera Raya, di depan PN Jakarta Selatan. Kericuhan
bermula dari isu di antara kedua kelompok bahwa salah satu kelompok mendatangi
pengadilan dengan menumpang Kopaja jurusan Tanah Abang-Blok M guna
melakukan aksi penyerangan lanjutan terhadap salah satu kelompok
sebagai imbas dari kerusuhan sidang sebelumnya. Perilaku kedua kelompok
yang saling menyerang serta menjatuhkan bertentangan dengan nilai – nilai yang
diharapkan dalam pancasila.
Ø Analisis
Peristiwa dengan nilai-nilai Pancasila
Indonesia
adalah negara yang yang berasaskan pancasila. Pancasila menjadi pandangan hidup bangsa. Pandangan hidup yang
terdiri atas kesatuan rangkaian nilai- nilai luhur tersebut adalah suatu
wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri . Pancasila sebagai
pandangan hidup yang berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk menata
kehidupan diri pribad maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat
serta alam sekitar. Pancasila menjadi sebuah landasan bagi bangsa Indonesia
berpijak. Perilaku kita senantiasa tidak bertentangan dengan nilai- nilai
pancasila. Pada zaman ini sudah semakin banyak perilaku- perilaku, tindakan-
tindakan yang sangat bertentangan dengan nilai- nilai pancasila. Peristiwa
kericuhan di jl. Ampera ini merupakan salah satu tindakan yang mencerminkan
sebuah tindakan yang bertentangan dengan nilai- nilai pancasila.
Analisis kericuhan di
Jalan Ampera terkait sila pertama pancasila,
Terkait
dalam kejadian di jalan ampera yang kami pelajari. Ternyata kejadian tersebut
memakan banyak korban. Mulai dari korban luka ringan, korban luka berat, hingga
korban meninggal dunia. Mereka saling melukai satu sama lainnya, sampai –
sampai ada yang membawa senjata tajam hingga pistol. Mereka melukai satu sama
lain tanpa mengenal ampun, hingga korban meninggal pun berjatuhan. Berdasarkan
nilai – nilai pancasila sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”,
hal tersebut sangat bertentangan nilai – nilai agama. Hal – hal yang bertentangan
tersebut misalnya,
a.
Berawal
dari seorang pemuda yang berusia 17 tahun yang mencoba untuk masuk ke sebuah
klub ternama di Jakarta. Namun, bodyguard melarang pemuda itu masuk sehingga
bodyguard menghajar pemuda itu setelah sebelumnya dia dihajar oleh pemuda
tersebut. Bodyguard mengaku menghajar pemuda itu dilatarbelakangi juga karena
kekesalannya pada seorang pengunjung yang menghajarnya karena tidak tersedianya
meja. Jika kita melihat kejadian tersebut,
seharusnya bodyguard harus memikirkan terlebih dahulu konsekuensi yang akan
ditanggungnya apabila menerima tantangan dari pemuda tersebut. Bodyguard juga
seharusnya tidak melimpahkan kekesalannya kepada pemuda tersebut. Sikap ini
juga merupakan perilaku tidak terpuji, karena bodyguard tersebut merasa dendam
yang akhirnya melimpahkan seluruh kekesalannya kepada pemuda tersebut yang
berakibat meninggalnya pemuda tersebut. Sikap dendam tersebut merupakan
penyakit hati yang tidak disenangi oleh Tuhan. Seharusnya bodyguard tersebut
bisa meredam amarahnya ketika pemuda tersebut kesal karena tidak diijinkan
masuk.
b.
Kejadian
itu berlanjut di persidangan. Namun ketika persidangan, terdakwa dipukuli dan
diamuk oleh pengunjung sidang dari kelompok berbeda yang bertikai. Polisi tak
mampu menghadang bentrok tersebut setelah sebelumnya polisi sempat melepaskan
beberapa tembakan peringatan. Dalam hal ini,
perilaku tersebut mencerminkan bahwa kurangnya rasa menghormati dan menghargai
antar sesame. Padahal, di dalam agama dijarkan bahwa kita harus saling
menghormati dan menghargai, tidak dalam agama saja yang harus saling
menghormati tetapi dalam melakukan tindakan dan perbuatan. Seharusnya
pengunjung menyerahkan semuanya kepada persidangan, bukan malah memukuli dan
menghakimi sendiri. Karena kasus tersebut sudah ditangani oleh pihak yang
berwajib.
c.
Sidang
kasus ampera dilanjutkan kembali di persidangan, namun terjadi bentrokan antara
kubu satu dengan kubu lainnya akibat adu domba yang terjadi. Dalam
hal ini, seharusnya kita tidak boleh saling adu domba diantara sesama, karena hal
tersebut merupakan perilaku yang tidak baik. Kejadian ini juga merupakan
kejadian puncak yang menelan banyak korban mulai dari korban luka – luka hingga
korban meninggal.Hal tersebut Sama saja mereka
melakukan aksi saling bunuh membunuh, dan berdasarkan pancasila sila pertama,
yang menjujung tinggi keagamaan hal tersebut adalah dosa.
Analisis kericuhan di
Jalan Ampera terkait sila kedua pancasila,
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”
Nyawa manusia seakan tak berharga lagi. Penerapan
akan sila yang kedua tidak lagi menjadi
sebuah tuntunan untuk bisa memandang
bahwa betapa berharganya nyawa.
peristiwa di jalan Ampere ini memunjukkan bahwa semakin banyaknya
manusia yang tida menghargai akan nilai kemanusiaan . Tidak lagi sadar
bagaimana seharusnya memperlakukan orang lain karena manusia memiliki harkat
dan martabat yang seharusnya dijunjung tinggi. Sehingga tidak ada penindasan
manusia terhadap manusia lain. Namun pada kenyataannya dapat dilihat
melalui peristia ini, yang seharusnya
bisa menjadi cerminan bahwa seharusnya manusi yang merupakan mahluk tertinggi
didunia dapat menunjukkan bahwa bahwa inilah mahluk yang tertinggi itu. Tapi
yang terjadi malah kekerasan yang menelan nyawa
semakin marak. Perkelahian di Blowish menelan banyak korban dimana ada
yang meninggal karena tertikam, ada yang meninggal dengan kedua tangan putus,meninggal dengan luka bacok dll.
Peristiwa yang sangat tragis. Padahal sebenarnya peristiwa itu berlatar belakang
kekesalan petugas keamanan karena tak tersedianya meja. Sungguh peristiwa yan
tak pernah diduga- gduga akibatnya hanya karena permasalahan yang sekecil itu
berakibat fatal, oleh karena sifat manusia yang emosional. Bahwa tidak adanya
lagi pengakuan bahwa manusia akan selalu ada interaksi dengan manusia lain.
Untuk itu diperlukan perilaku yang baik antar sesama. Peristiwa ini membarikan pelajaran bagi kita
untuk selalu menjaga nilai kemanusiaan itu, yang nantinya akan berujung kepada penghargaan kita kepada Tuhan yang Maha Esa. Karena segalanya berpokok
kepada-Nya.
Analisis kericuhan di
Jalan Amper terkait sila ketiga
pancasila,
“ Persatuan
Indonesia”
Kasus yang terjadi di jalan Ampera tersebut
menunjukkan bahwa rasa persatuan dan kesatuan bangsa telah hilang dari pribadi
kedua kelompok tersebut. Mereka sudah tidak mementingkan rasa persatuan, hanya
egoisme kelompok saja yang mereka unggul-unggulkan. Tidak memikirkan nasib
bangsa Indonesia yang selama bertahun-tahun dulu memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
Mereka menghianati para pahlawan, yang dengan bangganya selalu mengedepankan
persatuan dan kesatuan seluruh rakyat Indonesia. Bahkan sampai memiliki
semboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap sama. Kedua kubu yang
bentrok tersebut sudah tidak mempunyai rasa itu, sudah tidak lagi menghayati
semboyan tersebut.
Rasa persatuan antar sesama dirasa sudah tidak dibutuhkan lagi,
semua warga atau kelompok yang terlibat dalam bentrokan itu sudah tidak
memahami lagi apa itu persatuan. Mereka sudah tidak peduli lagi terhadap
sesama, sudah tidak peduli lagi terhadap korban korban yang berjatuhan akibat
peristiwa tersebut.
Sila ketiga ini seharusnya sangat lah dijunjung
tinggi oleh semua orang, karena dengan adanya rasa persatuan, bangsa dan negara
Indonesia dapat berkembang lebih maju lagi. Semua nilai-nilai dalam sila ketiga
Pancasila jika dihayati dengan sungguh-sungguh akan dapat menghindarkan diri
dari perbuatan yang kurang baik, seperti bentrokan yang terjadi di Jalan
Ampera, Jakarta Selatan.
Analisis kericuhan di
Jalan Ampera
terkait sila keempat pancasila,
“Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaandalam permusyawaratan/ perwakilan“.
Meskipun negara memberikan kebebasan dalam berdemokrasi namun hendaknya harus disertai dengan tanggung
jawab baik terhadap masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan yang
Maha Esa.Karena dalam kericuhan
tersebut tidak hanya tindakan saling menyerang
antar kelompok tetapi juga disertai perusakan terhadap fasilitas umum yang ada,
dan timbul tindakan anarkis yang menggangu ketertiban masyarakat disekitarnya.
Peristiwa ini sebenarnya bisa diselesaikan kekeluargaan secara baik –
baik.Hanya mereka kurang memahami nilai yang terkandung dalam sila keempat dari
pancasila. Jika mereka menyadari dan mengakui atas perbedaan individu,
kelompok, ras, suku, agama, karena perbedaan adalah merupakan suatu bawaan
kodrat manusia. Kericuhan ini tidak akan terjadi..Demokrasi pancasila
bermakna demokrasi berdasarkan kekuasaan rakyat yang diinspirasikan dan
terintegrasikan dengan prinsip-prinsip Pancasila lainnya. Ini berarti
penggunaan hak-hak demokrasi harus selalu diikuti oleh tanggung jawab terhadap
Tuhan Yang Maha Esa merujuk kepada keyakinan terhadap: menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan dalam hal martabat manusia, menjamin dan menguatkan
kesatuan nasional, dan bertujuan menwujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Analisis
kericuhan di Jalan Amper terkait sila kelima pancasila,
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia “
Berdasarkan kasus tersebut berkaitan dengan sila kelima
dari Pancasila yaitu “Keadilan sosial bagu seluruh rakyat Indonesia”
benar-benar telah menyimpang. Dalam kasus ini, kedua kubu tidak menunjukkan
nilai-nilai dari sela ke-5 tersebut, mereka tidak mau mengalah satu sama lain,
malahan saling susul dalam serangan. Mereka tidak sepenuhnya mempercayai
keadilan yang sebaik mungkin diciptakan oleh pengadilan di daerah itu, malahan,
kelompok dari salah satu kubu memicu adanya kericuhan di luar persidangan,
tepatnya di Jalan Ampera Raya. Sikap sosial terlihat sangat minim sekali
disini, sikap toleransi, tenggang rasa dan cinta perdamaian tak mereka
tunjukkan.
Konflik yang terjadi
antar suku, yaitu suku ambon dan flores selain itu kemungkinan dari
permasalahan tersebut diakibatkan karena perebutan wilayah kekuasaan oleh
kelompok-kelompok tersebut. Inilah salah
satu bukti bahwa makna sila keadilan telah luntur, yaitu dengan menuntut
keadilan lewat jalan konflik, bukannya dengan jalan harmonisasi dengan
membicarakan secara baik-baik. Jika makna keadilan sosial masih ada di hati
mereka masing-masing, maka masalah perebutan wilayah ini tak akan terjadi.
Telah kita ketahui bersama, bahwa dalam Pancasila
tiap-tiap silanya saling berkaitan satu sama lainnya. Sila pertama memayungi
sila-sila di bawahnya yaitu sila ke-2, 3, 4 dan 5, sila kedua yang berada di
bawah payung sila Ketuhanan memayungi sila-sila di bawahnya yatu sila ke-3, 4,
dan 5, dan seterusnya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa kasus ini terjadi
karena kurangnya nilai-nilai sila Ketuhanan sebagai pemayung tertinggi,
sehingga sila kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan pun ikut berdampak dalam kasus ini.
Merujuk lagi
kepada sila kelima, mereka tidak lagi memperhatikan unsur keadilan, yang mereka
tunjukkan hanyalah egoisme masing-masing kubu, gengsi yang menimbulkan rasa
tidak mau kalah, sehingga harmonisasi, adab-adab kesopanan sebagai ciri khas
negara timur, tenggang rasa, toleransi, saling menghargai seakan-akan luntur
hanya karena egoisme dan gengsi masing-masing kubu. Seharusnya, kedua kubu
harus menghormati para pengadil, jika terjadi perbedaan pendapat maka
diselesaikan dengan baik-baik, juga jangan mellihat kasus ini dari sudut
pandang masing-masing kubu saja. Karena dengan melihat dari berbagai sudut
pandang, akan menjadi lebih bijaksana dalam menentukan tindakan
Ø Implikasi
Kasus kericuhan Ampera tersebut merupakan salah satu dari banyak contoh
mengenai kurangnya nilai-nilai Pancasila sebagai jati diri bangsa. Akibat dari
kericuhan tersebut, diduga 55 orang luka-luka dan 3 rang meninggal dunia.
Sungguh bukan tindakan manusiawi, benar-benar bukan ciri dari adat ketimuran.
Mereka tidak lagi memikirkan dosa, mungkin bahkan tidak lagimemikirkan
keberadaan Tuhan mereka, nilai dari sila Ketuhanan benar-benar sangat diragukan
masih ada pada diri mereka.
Seperti pada struktur Pancasila itu sendiri, bahwa sial di atasnya akan
memayungi sila-sila di bawahnya, dan juga mempengaruhi sila-sila dibawahnya
pula. Setelah rendahnya nilai sila Ketuhanan yang mereka miliki, sila kedua
yaitu sila kemanusiaan pun bobrok juga. Ini dibuktikan dari banyaknya jumlah
korban yang bahkan sampai ada yang meninggal dunia, mengindikasikan nilai-nilai
kemanusiaan benar-benar sudah bobrok. Begitu pula sila ketiga yaitu sila
persatuan Indonesia. Mereka tidak bersatu dengan “satu Indonesia”, namun satu
dalam kepentingan masing-masing yang akhirnya mengakibatkan pergesekaan antar
kedua kubu.
Nilai sila Kerakyatan dan Keadilan pun tak luput dari ketidaksadaran
mereka. tak adanya rasa tenggang rasa dan juga mengenai masalah keadilan yang
bisa dibicarakan baik-baik mengakibatkan kerusuhan tersebut terjadi.
Inilah daftar nama-nama korban yang meninggal dunia akibat kerusuhan
Ampera:
1. Agustinus Tomazoa (49), kelahiran Ambon. alamat Kramatjati RT 6 RW 9.
1. Agustinus Tomazoa (49), kelahiran Ambon. alamat Kramatjati RT 6 RW 9.
Tewas di Wash Laundry dengan luka tembak dan muka dibacok.
2. Saefudin (48), kelahiran Medan tahun 1962. warga Kebon Nanas RT 3 RW 1 Panunggangan Utara, Pinang, Tangerang.
2. Saefudin (48), kelahiran Medan tahun 1962. warga Kebon Nanas RT 3 RW 1 Panunggangan Utara, Pinang, Tangerang.
Tewas di depan kantor Medco dengan kedua tangan putus.
3. Jefry, tewas di depan rumah makan Ampera dengan luka bacok.
3. Jefry, tewas di depan rumah makan Ampera dengan luka bacok.
Akibat kerusuhan tersebut bahkan masih terasa pada hari kedua, hari setelah
kerusuhan terjadi. Jalan Ampera Raya terlihat sepi dan mencekam, dimungkinkan
warga-warga pengguna jalan takut melewati jalan tersebut. Dapat disimpulkan
bahwa akibat dari kerusuhan itu mengakibatkan berubahnya moral para warga
pengguna jalan karena takut untuk melewati jalan tersebut.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah kami buat mengenai
kericuhan yang terjadi di jl. Ampera dapat disimpulkan bahwa :
1. Latar
belakang terjadinya kericuhan di jl. Ampera yang terjadi pada 29 September 2010
diawali 4
april 2010 dari permasalahan pribadi, yaitu saat seorang pemuda
17 yang dipukul dan dikeroyok oleh petugas keamanan klub.. Saat bodyguard
melarang masuk, yang akhirnya semakin menjadi
dari perkelahian antar dua kelompok suku yaitu Ambon dan Flores meledak di
Blowfish.
2. Kebobrokan nilai-nilai Pancasila pada diri masing-masing
kubu sangat berpengaruh terhadap aksi kerusuhan di jalan Ampera, mulai dari
nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan keadilan, yang
implikasinya mengakibatkan 55 korban luka-luka dan 3 orang meninggal dunia.
DAFTAR
PUSTAKA
Deniborin. 2010. Latar Belakang dan Kronologi Bentrokan (Konflik/Rusuh) di Jalan Ampera Jakarta Selatan (Kasus Cafe Blowfish). http://berita-lokal.lintas.me/go/berita-komunitas.blogspot.com/latar-belakang-dan-kronologi-bentrokan-di-jalan-ampera-jaksel-kasus-blowfish_1/1/ diakses pada tanggal 21 Desember 2012 pukul 11.00 WIB
Edwin, Nala. 2010. Ada Sidang Kasus Blowfish, Jl Ampera Macet. http://news.detik.com/read/2010/10/06/090338/1456673/606/ada-sidang-kasus-blowfish-jl-ampera-macet
diakses pada tanggal 21 Desember
2012 pukul 10.42 WIB
Priliawito, Eko dan Fadila Fikriani
Armadita. 2010. Sidang Blowfish Rusuh : Jalan Ampera Mencekam Dua Kubu Saling Serang. http://metro.news.viva.co.id/news/read/180201-jalan-ampera-mencekam--dua-kubu-berhadapan
diakses pada tanggal 21 Desember
2012 pukul 10.14 WIB
Ricci, Ignario. 2012. analisis kasus blowfish ampera, jakarta selatan. http://jurnalsrigunting.wordpress.com/2012/07/11/analisis-kasus-blowfish-ampera-jakarta-selatan/
diakses pada tanggal 21 Desember
2012 pukul 10.30 WIB
Satriyo, Hana,dkk.2004. Indonesia Rapid Decentralization Appraisal.
The Asia Foundation, Jakarta
0 komentar :
Posting Komentar