Senin, 18 November 2013

ANALISIS KASUS DI JALAN AMPERA TERKAIT NILAI-NILAI PANCASILA

Oleh:
Umu Marfu'ah, Wilda Florent Siregar, Ayu Fitriastuti, Ika Ayu Fitri Wulandari & Irwan Nur Rizqi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Tujuan

1.      Untuk menganalisis  latar belakang terjadinya peristiwa  kekerasan di JL. Ampera.
2.      Untuk menganalisis hubungan peristiwa di jl. Ampera  terkait dengan nilai- nilai Pancasila.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana latar belakang terjadinya peristiwa kekerasan di jl. Ampera
2.      Bagaimana hubungan antara peristiwa kekerasan di jl. Ampera terkait dengan nilai- nilai Pancasila









BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Tinjauan Pustaka

Konflik adalah sebuah pertikaian atau perselisihan yang terjadi pada individu atau kelompok masyarakat dengan individu atau kelompok lainnya karena beberapa alasan. Konflik ada beberapa macam, salah satunya menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
1.      konflik dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran/role)
2.      konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
3.      konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa)
4.      konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
Faktor penyebab konflik antara lain :
a.    Perbedaan individu,
Perbedaan individu ini meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b.    Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c.    Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d.   Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.

Sedangkan konflik dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai berikut :
• Batasan pekerjaan yang tidak jelas
• Hambatan komunikasi
• Tekanan waktu
• Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
• Pertikaian antar pribadi
• Perbedaan status
• Harapan yang tidak terwujud


Salah satu teori tentang konflik adalah marx (1818-1883), marx adalah salah satu tokoh yang pemikirannya mewarnai sangat jelas dalam perkembangan ilmu social. Pemikiran marx berangkat dari filsafat dialeka hegel. Sebagaimana yang dijelaskan cambell dalam tujuh teori sosial (1994), bahwa marx menciptakan trasisi materialism historis yang menjelaskan proses dialektika social masyarakat, penghancuran dan penguasaan secara bergilir kekuatankekuatan ekonomis dari masyarakat komunis primitive kepada feodalisme berlanjut kekapitalisme dan terakhir adalah masyarakat komunis. Berkaitan dengan konflik, marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendifinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat pasa abad ke 19 di eropa dimana ia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal dan kelas pekerja miskin.


2.2. Pembahasan

Ø  Latar belakang

Terjadinya bentrokan dua kubu atas persidangan kasus Blowfish di depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Rabu (29/9/2010). Mereka adalah kubu pendukung terdakwa Bernandus Maela dan kubu yang berseteru dengannya. Jelas tindakan tersebut  memecah persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama. Kasus Blowfish yang terjadi di Ampera pada dasarnya diawali 4 april 2010 dari permasalahan pribadi, yaitu saat seorang pemuda 17 tahun berusaha menerabas masuk klub di Plaza City, Jakarta Selatan yang dipukul dan dikeroyok oleh petugas keamanan klub.. Saat bodyguard melarang masuk, ia memaksa dan akhirnya dipukuli oleh petugas satpam yang terlebih dahulu dipukulinya. Laki-laki itu mengaku anak pejabat, dan janji akan membalas.
Dari permasalahan tersebut meluas dan berkembang menjadi konflik yang terjadi antar suku, yaitu suku ambon dan flores selain itu kemungkinan dari permasalahan tersebut diakibatkan karena perebutan wilayah kekuasaan oleh kelompok-kelompok tersebut . Kasus pertikaian tersebut tidak saja terjadi pada awal bermulanya keributan, tetapi berlajut sampat pada persidangan dan paska dilakukannya persidangan. 29 september 2010  Pukul 13.00 dilaksanakan persidangan lanjutan kasus Blowfish. Agenda ini bertepatan juga dengan persidangan perdana mantan Kabareskrim Polri Komjen Susno Duadji dalam dua perkara suap dan korupsi masing-masing menerima suap dalam penanganan kasus Arowana dan perkara korupsi dana pengamanan Pilkada Jawa Barat tahun 2008. Aksi kerusuhan mulai pecah di antara kedua kubu "Blowfish" di luar area pengadilan, tepatnya di Jl Ampera Raya, di depan PN Jakarta Selatan. Kericuhan bermula dari isu di antara kedua kelompok bahwa salah satu kelompok mendatangi pengadilan dengan menumpang Kopaja jurusan Tanah Abang-Blok M guna melakukan aksi penyerangan lanjutan terhadap salah satu kelompok sebagai imbas dari kerusuhan sidang sebelumnya. Perilaku kedua kelompok yang saling menyerang serta menjatuhkan bertentangan dengan nilai – nilai yang diharapkan dalam pancasila.

Ø  Analisis Peristiwa dengan nilai-nilai Pancasila

Indonesia adalah negara yang yang berasaskan pancasila. Pancasila menjadi  pandangan hidup bangsa. Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai- nilai luhur tersebut adalah suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri . Pancasila sebagai pandangan hidup yang berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribad maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam sekitar. Pancasila menjadi sebuah landasan bagi bangsa Indonesia berpijak. Perilaku kita senantiasa tidak bertentangan dengan nilai- nilai pancasila. Pada zaman ini sudah semakin banyak perilaku- perilaku, tindakan- tindakan yang sangat bertentangan dengan nilai- nilai pancasila. Peristiwa kericuhan di jl. Ampera ini merupakan salah satu tindakan yang mencerminkan sebuah tindakan yang bertentangan dengan nilai- nilai pancasila. 



Analisis kericuhan di Jalan Ampera terkait sila pertama pancasila,
Terkait dalam kejadian di jalan ampera yang kami pelajari. Ternyata kejadian tersebut memakan banyak korban. Mulai dari korban luka ringan, korban luka berat, hingga korban meninggal dunia. Mereka saling melukai satu sama lainnya, sampai – sampai ada yang membawa senjata tajam hingga pistol. Mereka melukai satu sama lain tanpa mengenal ampun, hingga korban meninggal pun berjatuhan. Berdasarkan nilai – nilai pancasila sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, hal tersebut sangat bertentangan nilai – nilai agama. Hal – hal yang bertentangan tersebut misalnya,
a.      Berawal dari seorang pemuda yang berusia 17 tahun yang mencoba untuk masuk ke sebuah klub ternama di Jakarta. Namun, bodyguard melarang pemuda itu masuk sehingga bodyguard menghajar pemuda itu setelah sebelumnya dia dihajar oleh pemuda tersebut. Bodyguard mengaku menghajar pemuda itu dilatarbelakangi juga karena kekesalannya pada seorang pengunjung yang menghajarnya karena tidak tersedianya meja. Jika kita melihat kejadian tersebut, seharusnya bodyguard harus memikirkan terlebih dahulu konsekuensi yang akan ditanggungnya apabila menerima tantangan dari pemuda tersebut. Bodyguard juga seharusnya tidak melimpahkan kekesalannya kepada pemuda tersebut. Sikap ini juga merupakan perilaku tidak terpuji, karena bodyguard tersebut merasa dendam yang akhirnya melimpahkan seluruh kekesalannya kepada pemuda tersebut yang berakibat meninggalnya pemuda tersebut. Sikap dendam tersebut merupakan penyakit hati yang tidak disenangi oleh Tuhan. Seharusnya bodyguard tersebut bisa meredam amarahnya ketika pemuda tersebut kesal karena tidak diijinkan masuk.
b.      Kejadian itu berlanjut di persidangan. Namun ketika persidangan, terdakwa dipukuli dan diamuk oleh pengunjung sidang dari kelompok berbeda yang bertikai. Polisi tak mampu menghadang bentrok tersebut setelah sebelumnya polisi sempat melepaskan beberapa tembakan peringatan. Dalam hal ini, perilaku tersebut mencerminkan bahwa kurangnya rasa menghormati dan menghargai antar sesame. Padahal, di dalam agama dijarkan bahwa kita harus saling menghormati dan menghargai, tidak dalam agama saja yang harus saling menghormati tetapi dalam melakukan tindakan dan perbuatan. Seharusnya pengunjung menyerahkan semuanya kepada persidangan, bukan malah memukuli dan menghakimi sendiri. Karena kasus tersebut sudah ditangani oleh pihak yang berwajib.
c.       Sidang kasus ampera dilanjutkan kembali di persidangan, namun terjadi bentrokan antara kubu satu dengan kubu lainnya akibat adu domba yang terjadi. Dalam hal ini, seharusnya kita tidak boleh saling adu domba diantara sesama, karena hal tersebut merupakan perilaku yang tidak baik. Kejadian ini juga merupakan kejadian puncak yang menelan banyak korban mulai dari korban luka – luka hingga korban meninggal.Hal tersebut Sama saja mereka melakukan aksi saling bunuh membunuh, dan berdasarkan pancasila sila pertama, yang menjujung tinggi keagamaan hal tersebut adalah dosa.

Analisis kericuhan di Jalan Ampera terkait sila kedua pancasila,
 “Kemanusiaan yang adil dan beradab”
Nyawa manusia seakan tak berharga lagi. Penerapan akan sila yang kedua tidak lagi   menjadi sebuah tuntunan untuk bisa memandang  bahwa betapa berharganya nyawa.  peristiwa di jalan Ampere ini memunjukkan bahwa semakin banyaknya manusia yang tida menghargai akan nilai kemanusiaan . Tidak lagi sadar bagaimana seharusnya memperlakukan orang lain karena manusia memiliki harkat dan martabat yang seharusnya dijunjung tinggi. Sehingga tidak ada penindasan manusia terhadap manusia lain. Namun pada kenyataannya dapat dilihat melalui  peristia ini, yang seharusnya bisa menjadi cerminan bahwa seharusnya manusi yang merupakan mahluk tertinggi didunia dapat menunjukkan bahwa bahwa inilah mahluk yang tertinggi itu. Tapi yang terjadi malah kekerasan yang menelan nyawa  semakin marak.  Perkelahian  di Blowish menelan banyak korban dimana ada yang meninggal karena tertikam, ada yang meninggal dengan kedua  tangan putus,meninggal dengan luka bacok dll. Peristiwa yang sangat tragis. Padahal sebenarnya peristiwa itu berlatar belakang kekesalan petugas keamanan karena tak tersedianya meja. Sungguh peristiwa yan tak pernah diduga- gduga akibatnya hanya karena permasalahan yang sekecil itu berakibat fatal, oleh karena sifat manusia yang emosional. Bahwa tidak adanya lagi pengakuan bahwa manusia akan selalu ada interaksi dengan manusia lain. Untuk itu diperlukan perilaku yang baik antar sesama.  Peristiwa ini membarikan pelajaran bagi kita untuk selalu menjaga nilai kemanusiaan itu, yang nantinya akan berujung kepada penghargaan kita kepada Tuhan yang Maha Esa. Karena segalanya berpokok kepada-Nya.

Analisis kericuhan di Jalan Amper terkait sila ketiga  pancasila,
“ Persatuan Indonesia”
Kasus yang terjadi di jalan Ampera tersebut menunjukkan bahwa rasa persatuan dan kesatuan bangsa telah hilang dari pribadi kedua kelompok tersebut. Mereka sudah tidak mementingkan rasa persatuan, hanya egoisme kelompok saja yang mereka unggul-unggulkan. Tidak memikirkan nasib bangsa Indonesia yang selama bertahun-tahun dulu memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Mereka menghianati para pahlawan, yang dengan bangganya selalu mengedepankan persatuan dan kesatuan seluruh rakyat Indonesia. Bahkan sampai memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap sama. Kedua kubu yang bentrok tersebut sudah tidak mempunyai rasa itu, sudah tidak lagi menghayati semboyan tersebut.
Rasa persatuan antar sesama dirasa sudah tidak dibutuhkan lagi, semua warga atau kelompok yang terlibat dalam bentrokan itu sudah tidak memahami lagi apa itu persatuan. Mereka sudah tidak peduli lagi terhadap sesama, sudah tidak peduli lagi terhadap korban korban yang berjatuhan akibat peristiwa tersebut.
Sila ketiga ini seharusnya sangat lah dijunjung tinggi oleh semua orang, karena dengan adanya rasa persatuan, bangsa dan negara Indonesia dapat berkembang lebih maju lagi. Semua nilai-nilai dalam sila ketiga Pancasila jika dihayati dengan sungguh-sungguh akan dapat menghindarkan diri dari perbuatan yang kurang baik, seperti bentrokan yang terjadi di Jalan Ampera, Jakarta Selatan.

Analisis kericuhan di Jalan Ampera terkait sila keempat pancasila,
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaandalam permusyawaratan/ perwakilan“.
Meskipun negara memberikan kebebasan  dalam berdemokrasi namun  hendaknya harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan yang Maha Esa.Karena dalam  kericuhan tersebut  tidak hanya tindakan saling menyerang antar kelompok tetapi juga disertai perusakan terhadap fasilitas umum yang ada, dan timbul tindakan anarkis yang menggangu ketertiban masyarakat disekitarnya. Peristiwa ini sebenarnya bisa diselesaikan kekeluargaan secara baik – baik.Hanya mereka kurang memahami nilai yang terkandung dalam sila keempat dari pancasila. Jika mereka menyadari dan mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, karena perbedaan adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia. Kericuhan ini tidak akan terjadi..Demokrasi pancasila bermakna demokrasi berdasarkan kekuasaan rakyat yang diinspirasikan dan terintegrasikan dengan prinsip-prinsip Pancasila lainnya. Ini berarti penggunaan hak-hak demokrasi harus selalu diikuti oleh tanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa merujuk kepada keyakinan terhadap: menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam hal martabat manusia, menjamin dan menguatkan kesatuan nasional, dan bertujuan menwujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Analisis kericuhan di Jalan Amper terkait sila kelima pancasila,
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia “
Berdasarkan kasus tersebut berkaitan dengan sila kelima dari Pancasila yaitu “Keadilan sosial bagu seluruh rakyat Indonesia” benar-benar telah menyimpang. Dalam kasus ini, kedua kubu tidak menunjukkan nilai-nilai dari sela ke-5 tersebut, mereka tidak mau mengalah satu sama lain, malahan saling susul dalam serangan. Mereka tidak sepenuhnya mempercayai keadilan yang sebaik mungkin diciptakan oleh pengadilan di daerah itu, malahan, kelompok dari salah satu kubu memicu adanya kericuhan di luar persidangan, tepatnya di Jalan Ampera Raya. Sikap sosial terlihat sangat minim sekali disini, sikap toleransi, tenggang rasa dan cinta perdamaian tak mereka tunjukkan.
           
Konflik yang terjadi antar suku, yaitu suku ambon dan flores selain itu kemungkinan dari permasalahan tersebut diakibatkan karena perebutan wilayah kekuasaan oleh kelompok-kelompok tersebut. Inilah salah satu bukti bahwa makna sila keadilan telah luntur, yaitu dengan menuntut keadilan lewat jalan konflik, bukannya dengan jalan harmonisasi dengan membicarakan secara baik-baik. Jika makna keadilan sosial masih ada di hati mereka masing-masing, maka masalah perebutan wilayah ini tak akan terjadi.
Telah kita ketahui bersama, bahwa dalam Pancasila tiap-tiap silanya saling berkaitan satu sama lainnya. Sila pertama memayungi sila-sila di bawahnya yaitu sila ke-2, 3, 4 dan 5, sila kedua yang berada di bawah payung sila Ketuhanan memayungi sila-sila di bawahnya yatu sila ke-3, 4, dan 5, dan seterusnya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa kasus ini terjadi karena kurangnya nilai-nilai sila Ketuhanan sebagai pemayung tertinggi, sehingga sila kemanusiaan,  persatuan, kerakyatan dan keadilan pun ikut berdampak dalam kasus ini.
            Merujuk lagi kepada sila kelima, mereka tidak lagi memperhatikan unsur keadilan, yang mereka tunjukkan hanyalah egoisme masing-masing kubu, gengsi yang menimbulkan rasa tidak mau kalah, sehingga harmonisasi, adab-adab kesopanan sebagai ciri khas negara timur, tenggang rasa, toleransi, saling menghargai seakan-akan luntur hanya karena egoisme dan gengsi masing-masing kubu. Seharusnya, kedua kubu harus menghormati para pengadil, jika terjadi perbedaan pendapat maka diselesaikan dengan baik-baik, juga jangan mellihat kasus ini dari sudut pandang masing-masing kubu saja. Karena dengan melihat dari berbagai sudut pandang, akan menjadi lebih bijaksana dalam menentukan tindakan
Ø  Implikasi

Kasus kericuhan Ampera tersebut merupakan salah satu dari banyak contoh mengenai kurangnya nilai-nilai Pancasila sebagai jati diri bangsa. Akibat dari kericuhan tersebut, diduga 55 orang luka-luka dan 3 rang meninggal dunia. Sungguh bukan tindakan manusiawi, benar-benar bukan ciri dari adat ketimuran. Mereka tidak lagi memikirkan dosa, mungkin bahkan tidak lagimemikirkan keberadaan Tuhan mereka, nilai dari sila Ketuhanan benar-benar sangat diragukan masih ada pada diri mereka.
Seperti pada struktur Pancasila itu sendiri, bahwa sial di atasnya akan memayungi sila-sila di bawahnya, dan juga mempengaruhi sila-sila dibawahnya pula. Setelah rendahnya nilai sila Ketuhanan yang mereka miliki, sila kedua yaitu sila kemanusiaan pun bobrok juga. Ini dibuktikan dari banyaknya jumlah korban yang bahkan sampai ada yang meninggal dunia, mengindikasikan nilai-nilai kemanusiaan benar-benar sudah bobrok. Begitu pula sila ketiga yaitu sila persatuan Indonesia. Mereka tidak bersatu dengan “satu Indonesia”, namun satu dalam kepentingan masing-masing yang akhirnya mengakibatkan pergesekaan antar kedua kubu.
Nilai sila Kerakyatan dan Keadilan pun tak luput dari ketidaksadaran mereka. tak adanya rasa tenggang rasa dan juga mengenai masalah keadilan yang bisa dibicarakan baik-baik mengakibatkan kerusuhan tersebut terjadi.
Inilah daftar nama-nama korban yang meninggal dunia akibat kerusuhan Ampera:
1. Agustinus Tomazoa (49), kelahiran Ambon. alamat Kramatjati RT 6 RW 9.
Tewas di Wash Laundry dengan luka tembak dan muka dibacok.
2. Saefudin (48), kelahiran Medan tahun 1962.  warga Kebon Nanas RT 3 RW 1 Panunggangan Utara, Pinang, Tangerang.
Tewas di depan kantor Medco dengan kedua tangan putus.
3. Jefry, tewas di depan rumah makan Ampera dengan luka bacok.

Akibat kerusuhan tersebut bahkan masih terasa pada hari kedua, hari setelah kerusuhan terjadi. Jalan Ampera Raya terlihat sepi dan mencekam, dimungkinkan warga-warga pengguna jalan takut melewati jalan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa akibat dari kerusuhan itu mengakibatkan berubahnya moral para warga pengguna jalan karena takut untuk melewati jalan tersebut.



BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah kami buat mengenai kericuhan yang terjadi di jl. Ampera dapat disimpulkan bahwa :
1.      Latar belakang terjadinya kericuhan di jl. Ampera yang terjadi pada 29 September 2010 diawali 4 april 2010 dari permasalahan pribadi, yaitu saat seorang pemuda 17 yang dipukul dan dikeroyok oleh petugas keamanan klub.. Saat bodyguard melarang masuk, yang akhirnya semakin menjadi dari perkelahian antar dua kelompok suku yaitu Ambon dan Flores meledak di Blowfish.
2.      Kebobrokan nilai-nilai Pancasila pada diri masing-masing kubu sangat berpengaruh terhadap aksi kerusuhan di jalan Ampera, mulai dari nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan keadilan, yang implikasinya mengakibatkan 55 korban luka-luka dan 3 orang meninggal dunia.





DAFTAR PUSTAKA


Deniborin. 2010. Latar Belakang dan Kronologi Bentrokan (Konflik/Rusuh) di Jalan Ampera Jakarta Selatan (Kasus Cafe Blowfish). http://berita-lokal.lintas.me/go/berita-komunitas.blogspot.com/latar-belakang-dan-kronologi-bentrokan-di-jalan-ampera-jaksel-kasus-blowfish_1/1/ diakses pada tanggal 21 Desember 2012 pukul 11.00 WIB

Edwin, Nala. 2010. Ada Sidang Kasus Blowfish, Jl Ampera Macet. http://news.detik.com/read/2010/10/06/090338/1456673/606/ada-sidang-kasus-blowfish-jl-ampera-macet diakses pada tanggal 21 Desember 2012 pukul 10.42 WIB
Priliawito, Eko dan Fadila Fikriani Armadita. 2010. Sidang Blowfish Rusuh : Jalan   Ampera Mencekam Dua Kubu Saling Serang. http://metro.news.viva.co.id/news/read/180201-jalan-ampera-mencekam--dua-kubu-berhadapan diakses pada tanggal 21 Desember 2012 pukul 10.14 WIB
Ricci, Ignario. 2012. analisis kasus blowfish ampera, jakarta selatan. http://jurnalsrigunting.wordpress.com/2012/07/11/analisis-kasus-blowfish-ampera-jakarta-selatan/ diakses pada tanggal 21 Desember 2012 pukul 10.30 WIB
Satriyo, Hana,dkk.2004. Indonesia Rapid Decentralization Appraisal. The Asia Foundation, Jakarta



0 komentar :

Posting Komentar